Gerbang atau mulut Goa Mampu yang hanya berukuran berkisaran tinggi hanya 1,20 m dan lebar hanya 3 meter setelah itu kita masuk terowongan yang sangat kecil yang, jalanya harus membungkuk tapi hanya beberapa meter kedalam anda akan menemukan ruangan yang sangat besar dan banyak lagi trowongan yang akan anda kelilingi Goa Mapu atau dengan nama lain “Liang Pitu Lapie” Gua Tujuh Lapis.
Gua Mampu terletak di lereng Gunung Mampu, Desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe. Gua ini berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Bone, Watangpone, atau sekitar empat jam dari Kota Makassar.
Setiap liburan datang, Gua Mampu selalu kebanjiran wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Salah satu daya tarik gua seluas sekitar 2.500 m2 itu adalah keberadaan stalaktit dan stalagmit yang bentuknya menyerupai ragam wujud makhluk hidup.
Batu-batu dalam gua tersebut juga menggambarkan kehidupan bercocok tanam dan menggarap tanah persawahan. Untuk dapat menikmatinya, Anda memerlukan pemandu dan obor karena bagian dalam gua sangat gelap.
“Di dalam gua itu, kita bisa melihat berbagai macam bentuk batu yang menyerupai manusia, hewan sapi, dan area persawahan. Perwujudan itu terkesan menggambarkan kehidupan Kerajaan Mampu kala itu. Bahkan, ada juga batu yang menyerupai ibu yang sedang melahirkan. Semuanya murni terbentuk oleh alam,” ujar Rabiah, warga setempat, Selasa, 11 Oktober 2016.
Rabiah menuturkan, warga percaya gua itu merupakan peninggalan tersisa dari Kerajaan Mampu. Kerajaan tersebut, sambung dia, dikutuk menjadi batu oleh anjing jadi-jadian. Menurut Rabiah, kutukan bermula saat putri raja dari Kerajaan Mampu sedang menenun seorang diri di teras rumah panggungnya. Tiba-tiba, alat tenun atau yang disebut masyarakat Bone sebagai walida milik putri raja terjatuh ke tanah.
putri raja melihat ada seekor anjing, sehingga dia pun mencoba menyuruh anjing tersebut mengambilkan walidanya yang terjatuh itu. Putri raja kala itu langsung kaget saat permintaannya dibalas oleh anjing yang berbahasa layaknya seperti manusia. Putri raja lalu pingsan dan berubah menjadi batu.
“Ceritanya bermula dari situ, sehingga ketika memasuki gua kita jumpai banyak relief batu yang menyerupai bentuk manusia,” kata Rabiah.
Setelah tubuh putri raja berubah menjadi batu, kata dia, para dayang kerajaan dan masyarakatnya yang melihat kejadian yang menimpa putri raja itu juga bernasib sama, yakni tubuhnya berubah menjadi batu.
“Jadi cerita siapa saja yang melihat tubuh putri raja yang berubah menjadi batu dan kemudian menanyakan perihal apa yang terjadi kala itu langsung bernasib sama berubah menjadi batu,” kata Rabiah.
Kejadian itu dikenal sampai saat ini oleh masyarakat sekitar dengan istilah “Sijello To Mampu” atau saling menunjuk.
“Makanya, keyakinan masyarakat sini jika memasuki Gua Mampu dan melihat ada batu yang mirip wujud manusia, mereka dilarang untuk menunjuk lalu bertanya karena menghindari adanya kutukan yang berlanjut sebagaimana cerita yang diyakini,” tutur dia.
Kesan mistis kawasan gua mampu terasa sejak awal memasuki pintu masuk gua. Anda bisa menjumpai kuburan tua yang diyakini masyarakat setempat adalah kuburan salah seorang mahkota Kerajaan Mampu.
Tak hanya itu, kuburan tua yang sama juga dapat dijumpai di puncak Gua Mampu. Kuburan itu diyakini merupakan kuburan Raja Mampu. Dengan kisah itu, masyarakat setempat menyebut gua tersebut dengan sebutan malapetaka di Mampu atau dalam bahasa Bugis dikenal dengan sebutan Alebborengnge Ri Mampu.
“Cerita mistis ini kemungkinan yang membuat banyak wisatawan yang kemari. Tak hanya turis mancanegara bahkan masyarakat kabupaten lain, biasa datang berkunjung ke kuburan tua tersebut ada yang bernazar.
Teluk Bone Gua Mampu
Gua Mampu salah satu tempat wisata yang bersejarah. Goa Mampu terletak di desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe Kabupaten Bone. Berjarak 35 km dari Watampone ibukota Kabupaten Bone. Kawasan ini mudah dijangkau melalui jalanan beraspal.
Gua mampu terletak di lereng-lereng gunung yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar. Goa Mampu mempunyai luas sekitar 2000 meter persegi. Jika kita ingin masuk di dalam gua kita harus mempersiapkan alat penerangan seperti senter,obor dll.
Gua mampu mempunyai tujuh tingkatan.Kejadian yang terjadi pada Goa Mampu diperkirakan sekitar 1013 sebelum masehi,sebelum islam masuk di Kabupaten Bone. Goa Mampu mempunyai cerita legenda yang dipercayai masyarakat sekitar gua dan Kabupaten Bone.
Pada zaman dahulu ada sebuah kerajaan,dimana didalam kerajaan tersebut terdapat tujuh desa,tetapi kerajaan ini ditimpah musibah yaitu dikutuk menjadi batu,yang disebabkan putri raja sendiri,sehinggah didalam gua Mampu terdapat batu yang mirip dengan manusia dan binatang. Kerajaan ini disebut kerajaan mampu. Kehidupan masyarakat mampu serba berkecukupan,rata-rata semua kebutuhannya sudah bisa terpenuhi sehinggah kerajaan ini disebut Mampu.
Kerajaan mampu dipimpin oleh La Oddang Patara dan Istrinya yang bernama La wellellu. La Oddang Patara mempunyai seorang putri yang bernama Appung Ellung Mangenre. Putri ini dekenal tidak pernah keluar rumah dan tidak pernah menginjakan kakinya di tanah,orang bugis biasa mengatakan “Ana dara malebbi”,
Menurut cerita putri raja terkenal mempunyai kulit yang sangat putih. Suatu hari sang putri sedang menenun tapi tanpa dia sengaja,dia menjatuhkan alat tenunnya di tanah dan dia malas turun mengambilnya.
Putri pun berteriak dan berkata “ siapa yang bisa mengambil alat tenunku di tanah,jika dia laki-laki akan saya jadikan suamiku dan jika dia perempuan akan saya jadikan saudaraku”. Tapi tak seorang pun yang mendengarkan teriakan sang putri,kecuali anjing jantan liar.
Anjing jantan itu bernama Bolong Lasareweng. Anjing pun mengambilkan alat tenun sang putri yang jatuh di tanah. Betapa terkejutnya sang putri bahwa yang mengambilkan alat tenunnya seekor anjing jantan,sedangkan anjing tersebut hanya seekor anjing liar dan bisa mengerti perkataan sang putri.
Putri pun berkata mustahil jika saya harus menikahi seekor anjing. Putri pun mengingkari janjinya yang pernah dia katakan. Putri memperhatikan seekor anjing itu dan tiba-tiba langsung berkata kepada anjing sambil menunjuk kepala anjing“ kenapa ada batu didahimu?”.
Anjing pun tiba-tiba berbicara dan berkata “ bukan Cuma saya,tapi kamu pun juga ada batu didahimu”.Disinilah dikatakan Sijello To Mampu.
Anjing mengutuk kerajaan tersebut karena sang pitri mengingkari janjinya. Setelah anjing berkata demikian,Satu kerajaan dengan Tujuh desa tersebut langsung menjadi batu.
Itulah tadi cerita lagenda tentang gua mampu yang dipercayai oleh masyarakat sekitar gua mampu.
Petugas Pendata : Irsafril Tri Satya, Gunawan Haris