Kompleks Makam Paijjo memiliki puluhan makam dengan bentuk makam, nisan, dan ragam hias yang berbeda. 2 makam diantaranya tergolong sangat unik dibandingkan dengan yang lainnya. Posisi makam terletak di atas bukit dengan luas keseluruhan makam 1.824 m2 dan luas makam dalam pagar 31,5 m2 tepat di tengah-tengah kompleks makam. Bentuk 2 makam tersebut persegi panjang dengan bagian tengah terdapat patung singa dengan dudukan setinggi 50 cm bercorak bunga teratai. Bagian makam memiliki badan, kaki dan kepala dengan ukuran badan 158 cm, kaki 50 cm, dan kepala 105 cm. Bahan utama dari makam berasal dari batu andesit dengan teknik pembuatan makam tergolong modern dengan corak bunga teratai dan patung singa. Penempatan makam yang menghadap utara selatan menandakan telah masuknya agama islam pada waktu itu. Disekeliling kompleks makam telah dipasang pagar kawat dengan pintu masuk terbuat dari pagar besi dengan batas utara pesantren Darul, batas selatan terdapat baruga, batas timur terdapat mesjid nurul jihat Pude, dan batas barat terdapat gunung terasu. Lokasinya terletak di desa Pude Kec. Kajuara dengan akses jalan yang baik dengan jarak hanya berkisar 200 meter dari poros sinjai, sekitar 78 km dari kota watampone dan dapat ditempuh dalam 2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan. dapat Di sini terdapat 2 situs makam yang saling berdekatan dengan bentuk nisan bagian tengah terdapat patung singa dengan tiang penyanggah bercorak bunga teratai. Kondisi makam tidak utuh dan salah satu badan makam terdapat patahan. Salah satu makam telah di rusak dan di curi oleh seseorang yang diduga terjadi pada saat dilakukannya perbaikan jalan tidak jauh dari lokasi situs. Dari pihak WPCB Provinsi Sulawesi Selatan dalam mengatasi masalah tersebut dengan membuat replika patung singa dan ditempel kembali pada posisi yang terpotong. Selain itu pihak dari WPCB sendiri menambah replika patung singa tersebut dan ditempatkan bersebelahan dari 2 situs yang ada.
Latar Sejarah : Dahulunya terdapat seorang bernama We Tenri Sui yang memiliki saudara ( belum diketahui nama ). Saudara dari We Tenri Sui memiliki 2 orang anak laki-laki ( belum diketahui nama) yang menyukai satu perempuan yang sama. Akhirnya, 2 bersaudara memutuskan untuk bertarung sampai mati untuk memperebutkan perempuan yang mereka suka. Menurut pengelolah situs dengan berdasar dari cerita terdahulu dari orang tua di desa Pude bahwa dalam pertarungan ( Sigajang) 2 bersaudara tersebut meninggal bersamaan. Akhirnya, di kuburkan bersamaan dan saling berdekatan. Namun, jika diperhatikan dari bentuk dan corak makam terdapat sedikit perbedaan yang berarti 2 bersaudara tersebut di makamkan dalam kurun waktu yang berbeda. Jika diperhatikan dari bentuk dan corak situs diperkirakan telah ada pada awal masuknya islam melayu yang dibawah oleh pedagang-pedagang dari Cina yang datang untuk menyebarkan agama islam. Hal ini dapat dibuktikan dari corak bunga teratai dan patung singa seperti barongsai pada situs.
Petugas Pendata : Anwar Hamzah,A.Md. Suhartono,S.H